Tidur

Saya selalu cemburu bahkan berujung omel dan marah jika melihat komrad yang begitu mudah tetidur. Jika sedang tidak melakukan apa_apa, tepatnya jika tidak ada yang mengajaknya bicara, dia bisa langsung tertidur. Dan tidurnya lelap.  Langsung pulas. Itu dalam kondisi normal, jika sedang lelah dia bisa tidur sementara kita sedang mengajaknya bicara.  Apalagi, jika posisinya tepat.  Namun dalam posisi dudukpun dia bisa langsung tertidur.  Sungguh, saya merasa cemburu karena tidak bisa tidur semudah itu. 

Saya tidak bisa tidur, jika hal-hal yang telah saya rencanakan sejak bangun tidur,  belum tercek list.  Saya tidak bisa tidur siang jika harus terbangun dalam 30 menit. Saya butuh kondisi yang nyaman untuk memulai tidur. Makanya, saya jarang tidur siang. Tidur siang yang salah, akan berakibat sakit kepala yang berkepanjangan. Makanya, saya harus betul betul menjaga kualitas tidur malam saya. Saya butuh sekitar 10 jam untuk tidur.  Jika tidak begitu, kondisi badan saya tidak akan terlalu siap menghadapi hari.  Makanya, sampai setua ini dan memiliki dua anak,  saya masih sering tidur lagi setelah subuh.  Kebiasaan buruk yang betul betul tidak bisa kuhilangkan. 

Namun, hal yang kupermasalahkan di atas, akan hilang saat anak-anak sakit.  Biasanya,  di malam hari mereka akan terbangun dan menangis,  minta dikeloni,  atau minta digendong, segala pinta yang bisa membuat mereka nyaman.  

Beruntungnya, saat drama-drama seperti itu terjadi, komrad bisa langsung bangun sigap dan bisa diandalkan. Dia hanya akan bertanya pasal obat lalu mengeksekusinya sendiri. Jika begitu, saya akan tidur lagi.  Dan dia lebih banyak menuntaskan "shift malam" perihal anak-anak. Saat mereka terbangun karena digigit nyamuk, karena gatal, atau karena sakit. Komrad jarang membangunkan saya,  jika ia bisa melakukannya sendiri. Dan hal itu, sudah saya rasakan sejak kk maha lahir. 40 malam,  dia begadang. Menggendong maha sampai maha terlelap, membangunkan saya hanya jika ia menganggap maha mulai lapar.  Itupun, saya cukup berbaring menyamping dan menyusuinya sambil saya tertidur. Dan hal itu tidak berubah sampai sekarang. 

Komrad menjaga tidur saya tetap aman sampai saya ingin terbangun. Dia hampir tidak pernah membangunkan saya di pagi hari, saat tahu kalau saya sedang haid. Dia membiarkan saya tidur walau matahari sudah datang. Dia menyeduh teh untuk dirinya sekaligus saya yang masih tidur. Jika,  ia membangunkan saya di malam hari,  itu berarti dia sedang tidak baik-baik saja. Atau kantuknya sudah tak tertahankan lagi.  Tapi, itu sangat jarang terjadi. 

Di pagi hari,  biasanya dia akan mengolok betapa malasnya saya. Saya akan kekeh bertahan dengan jawaban "kan kita bangunmi,  lebih baik saya tidur,  supaya bisaki gantian" walau gantian jarang terjadi. Dan, di pagi hari sampai sore itulah komrad mulai mengumpulkan kekuatannya. Jika punya kesempatan, dia akan tertidur pulas. Dan ia melakukannya berkali-kali hingga sore apalagi saat liburan. Entah sejak kapan, saya mulai menyadari itu,  bahwa tidur-tidur pendeknya adalah upaya mengumpulkan amunisi menghadapi serangan di malam hari yang selalu datang tak terduga.  

Saat menulis inipun, saya sedang berusaha tidur siang di samping beliau yang sejak tadi pulas,  mengorok pulakkk.  

10 Juli 2017
Ibumahasuar
#sedangberusahamenulislagi

Komentar

Postingan Populer