Setiap Hari Adalah Hari Anak

Setelah menjadi orang tua, setiap hari adalah hari anak. Seketika, semua tentang dirimu berubah menjadi mereka. Kebutuhan utamamu adalah mencukupi kebutuhan mereka. Yang kamu pikirkan satu-satunya tentang dirimu, mampukah kamu menjadi orang tua bagi mereka. Kamu lahir kembali tepat setelah mereka menangis keras disambut dunia. Kamu akan cemas dan takut membayangkan bisakah kaki-kaki mungilnya menapaki tanah yang bercerita tentang  darah dan perampasan hak hidup banyak orang. Kamu diam-diam menitikkan air mata, apakah senyumnya bisa terawat sampai usianya dewasa sementara dunia  terus mengabarkan kisah duka. Kamu terbangun panic dan takut, apakah mereka bisa seterusnya tertawa dan menari di masa depan yang tuntutan-tuntutannya mengarahkan mereka pada kompetisi yang bengis dan curang.  Kamu menanam banyak benih kecemasan  yang sama sekali tidak boleh kau bagi pada mereka. Kau sedikit-sedikit harus pandai berkelit, pandai menunda air mata, dan piawai menahan amarah. Kau akan menjalankan semua peran yang mungkin dulunya tidak ingin kau mainkan. Menjadi petugas kebersihan, menjadi tukang cuci, menjadi pendongeng, menjadi guru matematika, menjadi satpam, menjadi selebriti multi talenta. Kau akan membaca bacaan yang dulu tidak kau senangi, kau akan heboh di tengah-tengah pembicaraan yang dulunya kau anggap klise dan membosankan. Yah, hidupmu sedikit banyak akan  berubah setelah menjadi orang tua. 

Hari-harimu akan menjadi hari anak sepenuhnya. Kamu mungkin akan stres, akan semakin kurus, atau semakin gendut, kamu akan kehilangaan waktu untuk teman-temanmu, kamu tidak lagi sebebasnya bisa bercumbu dengan suamimu, dan semua itu berat. Tapi tidak lama, setelah mereka mulai berjalan, mulai berkenalan dengan dunia, mulai fasih berceloteh, mulai pandai mengatur pakaiannya sendiri, mulai menentukan ke mana harus menghabiskan akhir pekan, mulai meminta izin untuk bermain di rumah temannya, maka kamu akan merindukan semua hal yang dulu berat kau lalui. Waktumu akan luang, namun sepenuhnya pikiranmu tetap menjadi miliknya. 

Sebagai orang tua, hari anak adalah musti. Memastikan makanan yang mereka asup adalah yang sehat agar tumbuh kembangnya baik. Memastikan rumah nyaman tanpa tontonan-tontonan tidak masuk akal yang kuasa menghipnotis mereka untuk berlama-lama menikmatinya. Memastikan  mereka pandai berterima kasih atas apa yang mereka dapatkan, memastikan mereka bisa berlari dengan berani , dan yang paling utama secara perlahan memastikan mereka untuk mengetahui bahwa dunia dimana bapak ibunya berpijak hari ini sedang tidak baik-baik saja. Kelumit masalah orang dewasa yang selalu menempatkan anak-anak sebaya mereka menjadi korban, kehilangan haknya sebagai anak-anak.  Jauh di sana, ada anak-anak sebaya mereka harus membantu ayah ibunya bekerja, ada yang harus berdiam di tempat tidur karena penyakit ganas yang sejak bayi menggerogoti tubuhnya, ada  yang harus tidur di tengah dentum bom dan meriam. Dan yang tidak jauh dari mereka, umpatan kebencian dan kemarahan diselipkan dalam sucinya ajaran agama, ditumbuhkan dari tempat tidur mereka lewat dongeng-dongeng yang menghalalkan darah orang lain yang tak sejalan, perilaku bengis dan kasar mudah mereka dapati di sekolah mungkin dari gurunya, dari temannya, bahkan dari orang yang mereka percayai.  Karena tidak mungkin menyembunyikan kenyataan yang hidup sangat dekat dari mereka.  

Untuk itu, mereka harus tumbuh dengan melihat bahwa bapak ibunya dan orang-orang di sekitarnya dan banyak orang di tempat yang berbeda, yang mungkin tidak saling kenal, yang bahkan tidak pernah bertemu, tidak berhenti berusaha melakukan hal-hal kecil untuk dunia mereka di masa depan yang lebih baik. 

Karena itu, MahaSuar,  ibu bapak tidak pernah membiarkan mimpi-mimpi besar kami padam, jauh sebelum kalian datang dan menambah kebahagiaan hidup kami. Karena itu, bapak ibu memilih menghadiahi kalian buku daripada mainan, karena itu ibu bapak membolehkan ponsel hanya sejam dihari Rabu dan Minggu, karena itu bapak ibu ketat mengawasi tontonan kalian, karena itu bapak ibu suka mengajak kalian bercerita tentang sekolah, tentang teman, dan segala yang kalian lalui tanpa kami di samping kalian, karena itu ibu bapak mengajak kalian kemanapun kami pergi dan melibatkan kalian di semua langkah-langkah kami. Karena sampai kelak kalian bisa memilih jalan kalian, hal-hal kecil itu akan kalian ingat.

Selamat hari anak, untuk kalian dan untuk anak-anak di seluruh penjuru bumi. Kami berdoa agar tidak pernah menjadi orang tua yang harus menyematkan kegagalan-kegagalan kami untuk kalian raih dalam hidup kalian. Kami berdoa agar tidak menjadi orang tua yang  menumpuk harapan kami di pundak kalian. Hanya dua hal, tumbuhlah sehat dan bahagia.

24 Juli 2017
Harnita Rahman   
   

Komentar

Postingan Populer