Maha dan Dua Panggung Perayaan di Akhir Minggu
Ibunya maha dan (apalagi) saya
bukan tipe orang tua yang selalu ngotot untuk mengikutkan anak kami ke lomba
apa saja meski kami sadar benar bahwa si anak sama sekali tak punya bakat di
lomba tersebut. Selain karena kami memang tak punya obsesi si anak sejak dini
telah memiliki aspek N-Ach (need for
achievement) a la McLelland -aspek
yang kemudian harus dimiliki oleh masyarakat di sebuah Negara agar bisa
dikategorikan sebagai Negara maju- dan kemudian hari dapat menjadi modal bagi
lahirnya etos kerja berbasis efisiensi dan efektivitas sesuai doktrin
kitab-kitab usang ilmu ekonomi, upaya obsesif seperti ini pasti akan membuat si
anak tidak nyaman melakoni lomba tersebut. Dan hal tersebut tentu justru akan
mengganggu pertumbuhan si anak.
Karena alasan itu, maka
seingin apa pun kami agar maha bisa ikut pada suatu lomba, namun keputusan
akhir tetap ada pada maha. Seperti akhir minggu kemarin, ada beberapa lomba di
tempat dan hari yang berbeda yang sejak jauh hari telah kami dapatkan
informasinya. Pada Sabtu, ada tiga lomba yang diadakan oleh sekolahnya maha
sebagai rangkaian dari acara penerimaan laporan perkembangan studi para siswa
selama satu semester. Ketiga lomba tersebut adalah mewarnai, fashion show dan
menyanyi. Untuk lomba mewarnai, kami bertiga bersepakat untuk tak meliriknya
lagi. Beberapa kali mengikuti lomba serupa, maha tak begitu enjoy. Alasannya yah karena maha tak
begitu tertarik dengan aktivitas mewarnai walaupun ia suka menggambar.
Pilihannya tinggal fashion show dan menyanyi. Untuk hari Minggu, ada perlombaan
membuat kartu ucapan selamat hari ibu yang diadakan oleh Psikologi Unhas.
Infonya kami dapat dari poster yang ditempelkan panitia lomba di sekolahan
maha.
Tak begitu mudah membujuk maha
untuk berlomba. Ia masih sering dihinggapi rasa malu yang membuncah jika harus
berada di kerumunan. Makanya dibutuhkan cara yang ekstra untuk membangun
kepercayaan dirinya. Dan syukurnya karena maha punya ibu yang piawai melakukan
itu. Setelah aksi tarik ulur beberapa hari, dan semua argumentasi maha yang berisi
ketakutan dan kekhawatiran berhasil dipatahkan dan tentu ada konsesi-konsesi
yang dibangun antara ibu dan anak, akhirnya maha mengiyakan mengikuti semua
lomba di kedua hari di akhir pekan kemarin, minus lomba mewarnai.
Untuk kesemua lomba yang akan
diikuti maha di akhir pekan kemarin, hanya lomba fashion show yang saya anggap maha belum punya rekam jejak.
Satu-satunya alasan kami mengiyakan keinginannya mengikuti lomba itu karena
dikandang sendiri ia memang selalu sok bergaya dan modis. Tak percaya, lihatlah
model rambutnya saat ini yang sejak lama diidam-idamkannya. Sementara untuk
kedua lomba lainnya, maha praktis memang punya bakat. Untuk lomba menyanyi,
maha punya banyak cantolan bakat. Pertama, ibunya adalah penyanyi andalan kami
sekeluarga. Sejak kecil ibunya cinta dengan aktivitas bernyanyi dan ia lah yang
pertama kali memperdengarkan maha dengan beragam lagu mulai dari Sherina hingga
Jenny, Tenri Ukke hingga Melancholic Bitch. Tapi saya sendiri selalu memintanya
mengulangi lagu Tenri Ukke. Kedua, maha tumbuh di lingkungan yang cinta musik.
Sejak kecil maha sudah terbiasa dengan gig yang sebulan sekali diadakan di
Kedai Buku Jenny. Bahkan hingga umurnya sekarang, sudah beberapa kali saya
mengajaknya menemaniku menonton konser, dari Dialog Dini Hari yang syahdu
hingga Seringai yang memekakkan telinga. Jadi tak ada alasan maha tak menyukai
aktivitas kesenian yang satu ini.
Dan untuk lomba menggambar,
saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Silahkan datang saja ke tempat kami
dan saksikan kertas-kertas yang berserakan dimana-mana berisi hasil gambar
maha. Hampir semua tokoh yang ditonton maha akan menjadi inspirasi di
gambar-gambarnya. Dan semakin kesini imajinasinya benar-benar makin meliar.
Buktinya, tak jarang kami dibuat terhenyak saat mendapati gambarnya yang tegas
dan melampaui imajinasi kami. Karena kami berdua tak bisa menggambar, maka
satu-satunya yang kami lakukan adalah memastikan saat ia butuh kertas dan alat
gambar segera ada di hadapannya saat ia mulai teriak meminta.
Pada setiap lomba, tepatnya
setiap aktivitas yang mempertontonkan kebolehannya di depan banyak orang, maha
sama sekali tak pernah memperlihatkan antusiasme seperti kebanyakan anak
seusianya. Rasa malu dan grogi lebih merajai. Makanya jangan heran jika hendak
berlomba maha akan tampak lesu, jalan bergontai menuju venue dan kemurungan bak
shoegazer selevel vokalis Next Delay.
Tapi bukan berarti ia tak semangat. Ia memang seperti itu.
Sabtu kemarin misalnya, saat
namanya dipanggil pertama kali untuk naik ke stage pada lomba fashion show dan
kemudian pada saat gilirannya bernyanyi, maha sama sekali tak terlihat antusias
meski ada senyum bertengger di sudut bibir. Dan saat seperti itu, saya selalu
khawatir tiba-tiba ada aksi mogok di tengah penampilan dan karenanya nafas
seakan berhenti sesaat dan akhirnya bisa kembali plong saat tugas telah
ditunaikan. Kondisinya tak jauh berbeda saat maha bergabung bersama beberapa
anak untuk mulai menunjukkan kemampuannya menggambar. maha tetap tampil shoegaze meski kali ini ia lebih
terlihat lebih percaya diri. Atau mungkin beginilah cara maha menerjemahkan
sifat rendah diri. Hahaha…
Pada lomba menyanyi, maha
menyanyikan lagu Burung Kakatua. Dengan mengenakan kostum a la Coboy, dengan gaya malu-malu khas maha, ia naik ke panggung
dan menunjukkan kemampuan menyanyinya. Maha tak sendiri di panggung karena si
Suar asik menjadi penari latarnya di stage
sambil berbaring. Meski suara maha tak semerdu para kontestan lomba nyanyi
anak-anak di tivi, tapi ia sudah bisa mengikuti irama musik dan falsnya pun
minim. Di sekolahnya, ini kali kedua maha menyanyi di hajatan sekolah. Yang
pertama saat maha dipercaya menjadi pengisi acara penamatan seniornya. Kali itu
maha menyanyikan lagu Qui Sera Sera.
Dan keesokan harinya, maha
kembali menunjukkan kebolehannya diatas kertas gambar. Tugas maha adalah
membuat gambar kartu ucapan selamat hari ibu. Seperti biasanya, maha memilih
menggambar manusia. Karena temanya hari ibu, maka ia menggambar
perempuan-perempuan yang paling dekat dengan dirinya. Lalu dibawahnya ada
gambar LOVE dan tulisan IBU dibawahnya. Cinta Ibu. Lalu gambar itu diberi frame
gambar LOVE yang bersambung yang dipadukan dengan kombinasi warna terang. Tegas
dan dalam.
Dua hari di penghujung minggu
kemarin mungkin akan jadi hari-hari diantara hari-hari istimewa yang akan
diingat maha karena di dua hari berturut-turut maha mesti naik ke podium
menerima hadiah karena telah menjadi pemenang pertama lomba yang ia ikuti yakni
lomba menyanyi di sekolahnya dan lomba membuat kartu ucapan selamat hari ibu
yang didakan oleh Psikologi Unhas di Pelataran Gedung Ipteks Unhas.
Selamat seniman kecilku. Tetaplah
berkesenian dan teruslah berimajinasi. Jangan biarkan hari esokmu dilalui dengan
kemiskinan imajinasi hingga akhirnya dirimu berkubang dalam festival kemunduran
yang memuakkan. Omong-omong, sepertinya jadi vokalis band indie pop cum perupa bisa jadi cita-cita tuh..hehehe…
Bapakmahasuar
26 Desember 2014
Komentar
Posting Komentar