"dengarkanlah...Suar!"

Hidup ini memang serupa roda yang berputar. Selayaknya roda, dia melalui banyak jalan. Berjalan pelan,  kencang, terhenti, tersandung,  berjalan di jalanan beraspal, berbatu, becek, kotor, berdebu, lurus, berkelok, atau penuh tikungan. Roda akan membawa kita menuju jalan yang kita hendaki. Tapi terkadang, kita roda melalui jalan yang pernah ia lewati. Jalan yang sama. Ada yang mengingatnya ada juga yang membiarkannya berlalu begitu saja. Tapi, jika dilihat dengan seksama, jalan yang kita lalui hari ini saat kita lewati beeberapa waktu kemudian, tidak pernah betul-betul sama. Mereka berubah. Entah struktur jalannya, entah pemandangannya, atau komponen penunjang di sekitarnya.

Seperti beberapa minggu ini. Suar hampir berumur  dua bulan. Dan aku ingat,aku pernah berada di masa seperti ini. Saat jarum jam berjalan  dan aku melewatinya bersama bayi di sisiku. Memandikannya, memberinya ASI, melihatnya tertidur, menjaganya dari gigitan nyamuk, sesekali membacakan cerita, menyanyikan lagu, berpuisi, sembari ditemani rentetean film yang tidak ada habisnya lewat HBO atau Fox Movie. Empat tahun yang lalu, aku juga melakukan hal yang sama. Mirip walau tidak betul-betul sama. Aku menikmati masa-masa itu, masa-masa yang akan kurindukan dua tahun ke depan. Seperti dulu aku merindukannya. Aku jadi berpikir, bukankah hidup ini seperti  rentetan cerita yang diulang-ulang dengan permak sedikit, nama yang berbeda, baju yang berbeda, tapi kita merasakan sensasi yang sama.

Suar sedang tertidur, dengan gaya yang sama dengan bapak dan kakaknya. Tiga lelakiku punya gaya khas saat tertidur. Tubuh mereka meliuk seperti tanda koma, kedua tangannya di rentangkan ke atas, dan kedua kakinya mengangkang.  Dan bentuk itu terasa lucu juga agak melelahkan bukan? Sembari menemani Suar yang lelap, mencoba menyusun kata dan bercerita lewat tulisan. Rutinitas yang selalu terdistorsi oleh penyakit yang bernama “laziness”.  Sejak hamil kemarin, aktivitas menulisku lumpuh. Entahlah, aku selalu tidak setia dengan janjiku untuk menulis apa saja lalu kubagikan dengan orang lain. Padahal banyak hal yang bisa kuceritakan.

Berbicara tentang tidur, aku punya kebiasaan sejak maha masih kecil untuk menemaninya sebelum tidur. Dengan lagu, dongeng, menonton film bersama sampai adegan nangis-nangis dan bertengkar jika keadaannya sudah sampai stadium 4, misalnya saat mata maha tidak ingin terpejam padahal hari sudah berganti tanggal. Menemani anak tidur ternyata memang berpengaruh untuk kecerdasannya, menurut beberapa artikel yang kubaca. Aku lebih banyak bernyanyi untuk mereka, 1 tahun terakhir, maha lebih  memilih untuk diceritakan, dan lebih sering bersama bapak bebi. Ceritanya juga kebanyakan tentang para superhero. mulai dari Superman sampai satria bergitar Roma Irama. Itumah akal-akalannya bapak Bebi.

Sekarang, saat bersama Suar aku juga melakukan hal yang sama. Aku terus bernyanyi untuknya, bahkan walau ia tidak ingin tidur. Pilihan laguku acak, mulai dari lirik yang paling revolusioner hingga lirik yang mencla-mencle. Mulai dari aliran kasidah, dangdut, pop,  hingga rock metal, untuk bagian itu kakak mahalah yang paling sering mengambil bagian. Semua lagu, ia nyanyikan serupa lagu rock. Bahkan nina bobo pun, ia lantunkan dengan ngerock.  Jenis lagunya pun bermacam-macam, lagu anak-anak, lagu dewasa, lagu cinta, perjuangan, semuanya kunyanyikan untuk suar. Ada satu syarat saat aku memilih lagu untuknya, semuanya mengabarkan tentang kebaikan, tidak ada berisi ancaman, bahkan telah ku delete lagu nina bobo versi jadul, dan membuat lagu nina bobo sendiri untuk anakku dengan meminjam lagu “bintang kejora” untuk nadanya. Menurutku, otaknya yang sedang bergerak cepat, saling terkoneksi, membutuhkan lagu dengan lirik yang tepat, akan ingatannya, dan dalam lakunya. Aku percaya itu.

Ada beberapa lagu yang sering kuulang-ulang untuk suar.  Dan masih sering kunyanyikan untuk maha, terkadang kami bernyanyi berdua untuk suar. Here they are…
*All song yang menjadi soundtrack film Petualangan Sherina. Kalian bisa kaji liriknya, semuanya keren, untuk anak-anak, dan sarat akan optimisme.
*Tantang Tiraninya Tika and Dissidents
*Ininnawa Sabbaraki’, dan beberapa lagu Bugis
* Happynya Mocca
*Burung Kutilang
*Kubahagia milik Sherina_Ost. Laskar Pelangi
*Darah Juang
*Twinkle Little Star
*Clementine
* Untuk Indonesia
*Nina Bobo versi bintang Kejora
*InsyaAllahnya Maher
*Soundtrack IpinUpin by Padi

Beberapa lagu di atas, adalah lagu2 andalan yang sering kunyanyikan untuk suar.  Terakhir, lagu ininnawa sabbaraki’ tidak lagi kudendangkan, maha protes, katanya lagunya terlalu sedih, nanti ade suar nda bisa tidur tapi malah menangis. Hahaha…ah si maha, bisa saja! Beberapa hari ini juga, maha minta agar ade dinyanyikan lagu Cowboy Junior. Setelah kudengar dengan seksama, aku tidak keberatan. Beberapa lagu-lagunya mengirimkan  pesan untuk tidak menyerah. Menurutku itu bagus juga. Beberapa lagu Jenny, juga sering dinyanyikan maha untuk adiknya “Maha oke dan Tanah Indah”. Lagu “Menyenangkan”nya om Juang dan kawan-kawan di Melismatispun, sudah diperkenalkan maha di ruang dengar ade suar. Tapi belakangan, aku menemukan satu lagu tepat untuk suar, dan sering kudendangkan untuknya. “walau habis terang”nya Peterpan. Aku suka lirik ini
“berjalanlah walau habis terang_ambil cahaya cinta tuk terangi jalanmu_diantara beribu lainnya_kau tetap_kau tetap_kau tetap_benderang”. Dan kami_aku dan komrad_ sepakat menjadikan lagu ini soundtrack untuk suar.

Aku percaya, apa yang didengar anak, sedikit banyak, akan membekas dalam memorinya.  Lagu, sapa, ucapan, menyentuh tidak hanya gendang telinganya tapi seluruh saraf-saraf otaknya, membantu kecerdasannya, dan kepekaannya. Maka, patutlah orang tua memperdengarkan anaknya  hal yang baik sejak ia masih dalam kandungan. Bahkan Sang Maha memberi waktu 40 hari untuk tiap anak manusia mendengar dunia terlebih dahulu, meresapinya, lalu ia boleh melihatnya. Kita bahkan diberi waktu lebih banyak untuk mendengar dan melihat untuk kemudian pandai berbicara. Tapi kenyataannya, hanya sedikit dari kita yang bisa “mendengar” dan “melihat” dengan baik.

Maka sebelum suar melihat hingga kelak dewasa, kuperdengarkan padamu segala yang baik-baik, setelah itu mari sambut benderangnya dunia dengan kedua matamu, nak!

19 Juni 2013
#selamat ulang tahun puang udi
#suar mulai melihat
Ibu Nita

Komentar

Postingan Populer