Rest in Peace Ricky Siahaan
Seingatku, saya baru dua kali menonton penampilan Seringai secara langsung. Pertama saat di JCC Jogja di tahun pertama kuliah S2. Saat itu, drum diisi oleh additional. Edy Khemod sedang halangan. Kedua di Rock in Celebes 2013 atau 2014. Saat itu, saya dan beberapa kawan di Kedai Buku Jenny jadi kru dadakan band Zorv asal Surabaya yang saat itu nginap di rumahnya Sawing Baharuddin dan juga jadi penampil di RIC saat itu. Tapi yg tak terlupakan karena maha juga ikut serta nonton. Tepatnya tertidur di gendonganku saat Seringai menghajar panggung RIC yang disambut moshpit para Serigala Militia.
Saya juga suka karya-karya Seringai. Meski hanya lagu lagu tertentu yang paling banyak diketahui orang, seperti Serigala Militia, Individu Merdeka, Mengadili Persepsi, Berhenti di 13.
Saya dan maha saat pandemi rajin banget nonton vlog Seringai dan segala kelucuan dan kekonyolan didalamnya. Kami hampir tak melewatkan setiap tayangam terbaru di vlog yang kayax dikelola Bram sang bassis.
Dini hari tadi, saya tiba tiba terbangun. Saya merasa seperti sudah tidur lama dan saatnya bangun. Tapi ternyata di ponsel tertera masih jam 2.30 dini hari. Saya tiba tiba tak bisa lanjut tidur. Saya lalu membuka instagram. Kabar pertama yang saya lihat mengagetkan. Ricky Siahaan sang gitaris Seringai berpulang setelah menyelesaikan set mereka di rangkaian tur di Jepang.
Di berbagai platform media sosial ramai ucapan belasungkawa. Kabar ini memang mengagetkan dan membuat haru. Ricky yang dulu pernah jadi jurnalis di majalah Rolling Stone Indonesia dan ternyata hingga akhir hidupnya jadi bagian dari Whiteboard Journal adalah tipe gitaris yang jago tapi selow. Paling tidak seperti itu yang saya tangkap dari banyak wawancara dan tentu vlog Seringai.
Sungguh pagi yang sendu. Selamat Jalan Ricky Siahaan. Karyamu abadi.
Komentar
Posting Komentar