Kali Pertama ke Perpus Pusat dan Kekhawatiran Yang Tidak Perlu

Setelah menikah harus saya akui sangat bergantung kepada komrad untuk banyak hal. Saya seperti anak yang mesti ditemani ibunya berhari-hari saat pertama kali masuk sekolah. Tiba-tiba dunia serasa gelap begitue saat tau nda adami ibu di jendela yang lagi menunggu sampai akhir jam sekolah atau sampai si anak menganggukkan kepala memberi tanda kalau ibunya boleh pulang. Btw ini bukan cerita fiksi nah. Hehehe. Karena sangat bergantung, misalnya urusan untuk ketemu orang baru, beradaptasi di tempat baru, saya seringkali lebih memilih jangan mi deh kesitu atau lebih memilih menunda melakukan hal-hal baru kalua tidak ditemani. Dan berada di situasi seperti itu sungguh sangat menjengkelkan. Sesekali saya berusaha lakukan sendiri tanpa komrad setelah mengumpulkan tenaga dan keberanian. Dan running well ji. Saya tau ini kekhawatiran yang saya buat-buat sendiri. Tapi persentasenya sayangnya lebih sedikit disbanding ketergantungan kepada komrad.

Nah saat memutuskan untuk lanjut sekolah lagi, saya sadar benar kalua harus mulai belajar lagi melakukan semuanya sendiri. Tapi selalu tak mudah. Yang paling kiwari, urusan ke perpustakaan pusat UGM yang hanya berjarak sepelemparan tombak dari Gedung FISIP. Dari hari-hari pertama saya sudah berniat untuk kesana. Sayang saja ada fasilitas tapi nda dimanfaatkan. Dan saat ada kemauan seperti itu, mulai mi itu muncul kekhawatiran macam-macam. Bagaimana caranya masuk, apa perlu pakai kartu anggota atau bagaimana. Untuk memastikan, saya sempat bertanya ke beberapa teman termasuk Fina saat bertemu minggu lalu. Beberapa pertanyaan yanga da di kepala mulai terjawab. Untuk semakin memberi penjelasan, saya juga sempat browsing di Youtube. Disana ada video tur perpus pusat. Lalu saya lihat si mahasiswa yang jadi penunjuknya memasuki pintu utama perpus dan scan barcode gitu. Nah muncul seng pertanyaan apa itu yang di scan, bagaimana caranya, pakai aplikasi apa dan pertanyaan-pertanyaan lain muncul di kepala. Kan ini urusan mudah sebenarnya toh. Untuk menjawabnya kan tinggal kesana terus tanya. Tapi that's always not easy for me. Saat begitu biasanya komrad yang akan jadi vanguard serupa mitos posisi gerakan mahasiswa menuju revolusi hakiki. Haha.

Saat mauma berusaha sendiri karena nda mungkin menunggu karena memang butuh lihat koleksi disertasi yang ada di perpus pusat, eh kemarin pagi diajak mas Bendi, teman S3 dari Lampung, ke perpus pusat. Dia lalu memandu saya bagaimana cara booking seat via Simaster. Alhamdulillah dapat seat bersebelahan dengan dia. Jadwalnya jam 1 sampai 7 malam. 

Menjelang pukul 1 siang, kami berdua ke perpus pusat meningglkan mas Ari dan Mbak Ruth, juga teman-teman S3 Politik, di Ruang 414 Fisip. Ruang ini khusus untuk mahasiswa S3 Politik. Ada meja Panjang untuk enam orang saling berhadapan dan di bagian dalam ada ruangan berisi kubikal dengan delapan tempat duduk. Ruangan ini diperuntukkan untuk mahasiswa S3 mengerjakan apa saja terkait studinya dengan tenang hehe. Ruangan koleksi disertasi ada di lantai 2 perpus pusat. Saat kami tiba, pelayanan belum dibuka karena masih jam istirahat. Saya dan Mas Bendi memilih menunggu di kursi yang tersedia didepan ruangan. Disitu juga tersedia booth jajanan yang dikelola Fisipol sepertinya. Jadi kalau lapar tidak perlu keluar perpus. 

Kami di perpus hingga sekitar jam 4 sore. Setelah lihat-lihat beberapa disertasi untuk memastikan bagaimana format dan cara menyuguhkan teori dan hal-hal penting lain, kami berdua balik. Mas Bendi juga harus menjemput anaknya yang ia bawa serta ke Jogja selama masa studi. Saya sendiri sebenarnya tidak da agenda lain tapi Lelah aja berlama-lama. Oh iya, kemarin saya focus di dua disertasi milik alumni yang saya kenal. Disertasinya Kak Ishak dan K Tita. ALhamdulillah memberi isnpirasi. ALhamdulillah akhirnya terjawab mi cara ke perpus pusat dan kayaknya bakal sering sering kesana. Thanks Mas Bendi.

Klidon, 16 Oktober 2025

Semoga lancar jaya.

Komentar

Postingan Populer