Jangan Lelah, Ketua!


"Suar, bangun mi, shalat subuh" ajak saya setelah memberi satu dua kecupan.

Yang dibangunkan hanya mengiyakan tapi tak langsung beranjak dari tempat tidur.

"Eh sa kira mauki nanti laporan ke pemimpin upacara toh," bujuk saya agar ia segera bangun. 

Kali ini Suar kembali hanya mengiyakan tapi lebih keras. Dan tak lama ia langsung beranjak dan menuju toilet.

Jadi Senin kemarin, adalah kali pertama Suar menjadi pemimpin kelas saat upacara yang bertugas untuk merapikan barisan kelasnya dan melaporkannya kepada pemimpin upacara. 

Momentum ini tentu penting bagi Suar yang baru saja terpilih menjadi ketua kelas. 

Setelah menunaikan shalat subuh, Suar segera mandi, sarapan dan tak lama ia sudah bersiap didepan rumah dengan seragam atasan kemeja putih pendek, celana panjang putih, sepatu hitam, lengkap dengan topi dan tas di punggung.

Setelah mengantar Suar, saya tak sabar menjumpai sore untuk mendengar cerita dari peristiwa penting pagi kemarin. 

Dan agar segera menjumpai Suar, saya memutuskan untuk pulang agak cepat dari kampus.

Saat tiba di rumah, saya tak langsung bertemu Suar dan memintanya bercerita. Selain karena saya harus meladeni Rekah yang langsung mencegat saya di teras rumah, dari depan saya juga bisa melihat Suar yang masih asik dengan tontonannya.

Setelah magrib, seperti biasa selalu menjadi waktu tepat untuk menanyakan hal-hal yang terjadi di sekolahnya seharian.

Saya langsung ke intinya. Menanyakan pengalaman pertamanya menjadi pemimpin kelas saat upacara. Khususnya saat memberi laporan ke pemimpin upacara.

Diluar prediksi, Suar menjawab a la kadarnya. "Biasa ji," jawabnya singkat tak berselera. 

Saya berusaha memancing agar bisa mendapatkan cerita yang lebih detail. Tapi yang ditanya tetap tak bergeming.

Ini pasti ada apa-apa. Dan saat begini biasanya sy menggali informasi dari ibunya. 

Dan betul saja. Suar bercerita kepada ibunya jika di hari pertamanya menjadi ketua kelas, ia mesti bolak balik memenuhi permintaan wali kelas.

"Capeknya jadi ketua kelas, ibu. Disuruh-suruh terus ki sama bu guru," kira-kira begitu keluh Suar saat kami kembali membahasnya di teras rumah setelah isya.

"Minta ki wakil ketua kelas," usul tante Selli dengan agak kesal.

"Nda ada wakil ketua. Sekretaris ji sama bendahara yang ada, jawab Suar tanpa harapan.

"Makanya mintaki supaya diadakan," kali ini kami nimbrung mengusulkan.

Suar hanya mendengar. Dan kami terus menyemangatinya. "Jalani saja dulu, kalau mulai mi tidak menggembirakan, tinggalkan."

Ia mengangguk dan kembali bersemangat. 

Suar memang tipe yang mudah overthinking, tapi dia juga sangat mudah untuk menemukan semangatnya kembali.

Tetap semangat dan jangan lelah, ketua! 

#issengkoSuar

Komentar

Postingan Populer