Dewan Tante

(Dari kiri ke kanan : Puang Beda, Mama, (Alm) Pg. Maryam)

Kalian mungkin akan berasosiasi negatif ketika mendengar kata "dewan tante". Biasanya kata ini ditujukan mewakili garda terdepan dalam keluarga yang mengurusi kehidupan ponakannya, khususnya dalam hal pribadi. Konon, dewan tante punya posisi signifikan untuk membuat hidup kita tentram atau bahkan berantakan. Kehadirannya tidak begitu terlihat dalam keseharian tapi mencolok dalam acara-acara keluarga. 

Namun, Dewan tante yang kami miliki dalam keluarga jauh berbeda. Beberapa kali saya sempat menyinggung bagaimana mama dan adik adiknya khususnya yang perempuan sangat terikat satu sama lain. Pola hubungan mereka tidak seperti kakak adik kebanyakan. Mereka seperti sahabat yang tumbuh dan menua bersama. Kami sering menyebut mereka Trio Kwek Kwek. 

Mereka sama tinggal di Bone. Mama dan Puang Maryam, rumahnya bahkan hanya berjarak 5 menit jika ditempuh dengan motor. Puang Beda tinggal di Cina, di rumah Kakek Nenek. 

Hampir tidak ada hari Minggu yang mereka lewatkan tanpa bersama. Acara keluarga harus mereka datangi bertiga. Semua siklus informasi  yang terjadi dalam kehidupan kami anak-anaknya, biasanya bermuara pada tiga orang ini. 

Hampir semua hal, entah baik atau buruk, sepele atau besar, sakit atau sehat, kami setor pada tiga orang ini. Siklusnya biasanya berputar, saya dan saudara ke Mama, lalu Tiana dan saudara ke ibunya, Pg Aji Maryam, lalu mereka berdua saling bertukar cerita,lalu diceritakan ke Puang Beda, lalu mereka akan mengonfirmasi ke kami lagi. Begitu seterusnya.

Setelah masing masing kami, para anak meninggalkan rumah di Bone, menuju Makassar, kuliah, menikah, bekerja, punya anak, hubungan kami tidak menjauh malah semakin dekat. 

Setiap dua bulan atau tiga bulan sekali, kami pasti berkumpul di luar Hari Besar atau libur tahunan. Dan yang kami lakukan, tidak lain hanya makan, cerita, tidur lalu diulang lagi. Ada ada saja acara yang mesti kami buat dan mengharuskan kami berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. 

Biasanya kami berkumpul di Asal Mula, di Makassar. Di sini, rumah Pg Maryam bersebelahan dengan rumah K Heri. Saat mereka semua di Makassar, kami juga biasanya akan di sana sepanjang waktu. Anak-anak berkumpul, dan kami seperti punya cerita yang tidak habis untuk kami diskusikan. Kami adalah tukang cerita yang piawai. 

Selayaknya orang tua, mereka meresahkan masalah yang kami hadapi, mereka turut mengambil peran jika kami butuh entah itu materi atau hanya sekedar pendapat. Kami di mata mereka walau sudah punya 3 anak, walau sudah lebih 30 tahun, masih anak anak. 

Saat berkumpul, mereka selalu sibuk mengurus makanan, makanan utama, cemilan sore, sarapan atau cemilan malam. Mereka menanyakan apa yang ingin kami makan. Mereka tidak berhenti berkutat di dapur hingga waktu tidur tiba. Mereka bertiga selalu berkolaborasi di sana. 

Mereka selalu mengeluh capek tapi tidak ingin berhenti melakukan semua aktivitas di dapur. Mereka selalu berceloteh " Kalau kami tidak ada, siapa nanti yang masak? " Biasanya kami jawab dengan tertawa dengan saling menunjuk atau dengan bilang "beli saja". 

Setelah kepergian Ecca dan Abba, mereka bertiga adalah semesta di keluarga besar ini. Adik-adik laki lakinya yang juga sudah bekeluarga, berumur, dan tidak lagi dekat secara fisik, menempatkan mereka sebagai pengganti orang tua. 

Dewan tante ini adalah lingkaran yang selalu kami andalkan dalam semua hal. Walau posisi mereka urgent, mereka tidak pernah menempatkan diri sebagai orang tua yang bebal dan menjengkelkan. Mereka terbuka saat kita memberikan pendapat, mereka menerima perubahan yang kami bawa ke rumah, mereka menghargai pilihan yang kami ambil, walau kelak itu salah. 

Kami berdiskusi, berdebat, dan tidak selalu sependapat. Tapi tidak ada yang berubah. Kami tetap tunduk saat mereka menyuruh sesuatu, kami tetap amin saat ada keputusan yang keluar dan itu untuk kepentingan bersama. 

Begitulah Dewan Tante kami bekerja. Bagi kami,  pendapat mereka selalu penting untuk kami dengar walau tidak mesti kami ikuti. Kehadiran mereka menjadi pertimbangan saat ada hal besar yang ingin kami rayakan sebagai keluarga. 

Karenanya, kepergian Puang Maryam, hampir dua minggu lalu sungguh berat bagi kami. Setelah kepergian Abba dan Ecca 10 tahun lalu, ini kehilangan pertama kami, yang tidak kami sangka apalagi persiapkan.

Puang Maryam, belum 60 tahun, hidup sehat bahkan cenderung berhati hati. Jika mau makan daging yang berempah, bersantan atau berbahaya bagi tubuhnya, ia meminta kami mengecek tekanan darahnya lebih dulu. Dia selalu berteriak memperingatkan kakaknya untuk berhati hati dalam hal makanan. 

Puang Maryam, diantara ketiga Trio Kwek Kwek adalah yang paling vokal. Dia paling rasional, paling bagus hitung-hitungannya. Dia selalu getol memaksa kami untuk maju. Dia mendorong anak anaknya untuk tidak berpuas diri. Dia selalu berharap kami bahagia dengan apa yang kami miliki di dunia tapi tidak lupa mempersiapkan diri untuk akhirat. 

Dia khawatir saat kami kesusahan, dia tidak akan berhenti menelpon, tidak berhenti menanyakan kabar, tidak berhenti menawarkan masukan dan solusi. Bayangkan, bagaiamana dia ke anak-anaknya. 

Hal terakhir yang kami diskusikan bersama secara pribadi adalah perkara rumah. Dia getol menentukan waktu pindahan agar dia juga bisa ada saat kami pindah. Saat itu saya sempat bilang, acara di rumah tidak perlu jadi patokan, kalau Pg Aji ke Makassar lagi, kita langsung buat acara. Tapi, dia menunggu. Datang ke rumah baru kami, mengomentari roster di tembok belakang rumah yang bisa saja jadi jalan masuknya hewan. Saya tidak menyangka, itu adalah pertemuan terakhir kami. 

Kedatangannya kembali ke Makassar dua minggu setelahnya, justru untuk pergi dengan tenang, dengan anak, cucu, menantu, suami, saudara dan ponakan di sampingnya. 

Salah satu dewan tante kami, telah berpulang. Tentu tidak akan sama lagi. Dia hanya akan hidup dalam kenangan dan cerita cerita kami. Kami harap, kehilangan Puang Maryam tidak melepas simpul yang telah kami jaga bersama selama ini. Sebagai keluarga yang bisa saling mengandalkan.

Ibu Nhytha

Moncongloe, 10 Maret 2022

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer