Navillera : Meraih Hidup yang Tertanggalkan

"Saya juga ingin terbang, sepertimu Chae Rok" kata Kakek Sim pada lelaki muda yang mengubah hidupnya. 

Selain sehat, melihat anak-anak tumbuh bahagia bersama keluarganya masing-masing, saya pikir tidak ada lagi yang perlu diribetkan di masa tua. Menua dengan bahagia ternyata tidak mudah bagi Kakek Sim, setelah menyadari satu demi satu temannya pergi. Ia menyaksikan teman-temannya pergi dengan banyak penyesalan tentang masa muda yang tidak mereka gunakan untuk meraih mimpinya.  Bahwa waktu dan hidup yang sulit telah menyeretnya untuk bekerja sekeras mungkin hingga tidak menyisakannya kesempatan untuk melakukan hal yang ia impikan sejak kecil.

Balet. Menjadi balerino bukanlah impian yang mudah. Saat kecil, ia melihat seorang balerino terbang seperti kupu-kupu. Dan juga ingin melakukannya. Namun, pilihan balerino tentu saja ditentang oleh ayahnya. Mimpinya terkubur begitu saja dan tetiba muncul kembali saat ia melihat Chae Rok berlatih, tepat saat ia baru saja merayakan ulang tahunnya ke 70. 

Drama ini menentang banyak norma kelaziman yang banyak diamini awam. Belum lagi tentang balerino yang hingga saat ini seolah hanya diperuntukkan bagi perempuan karena kesannya yang feminin, tapi juga tentang lelaki tua renta yang seolah tidak mensyukuri hidupnya yang bahagia. 

Penentangan yang diterima kakek Sim dari keluarganya, dari tetangganya, dari orang yang menjumpainya, ia jawab dengan kesungguhan bahwa balet bukan hanya coba-coba atau untuk bersenang-senang di akhir hidupnya,  balet adalah hidup yang ia tanggalkan demi orang lain dan ia bertekad untuk meraihnya sekali sebelum ia pergi.

Dan semangat itu mengubah banyak hal. Bukan hanya dirinya, orang-orang yang ia temui, anak istrinya, dan Chae Rok. Anak muda yang gagap mengartikulasikan hidupnya karena kehilangan orang tua, mimpi masa muda namun kembali menemukan dirinya melalui balet dan perjumpaannya dengan Kakek Sim.

Drama ini menampilkan balet yang bukan hanya tentang keanggunanan semata. Walau belum diakui sebagai cabang olahraga, tapi Chae Rok dan Kakek Sim menunjukkan bahwa balet tak semudah yang kalian pikirkan. Ia butuh tubuh yang sehat, kedisiplinan, kelenturan, konsentrasi, ketahananan dan kekuatan. Balet dalam drama ini teresan sangat anggun namun sekaligus tangguh. Mencoba mempertemukan maskulinitas dan feminitas dalam gerak irama.  

Seperti banyak drama keluarga lainnya, drama ini juga menguras banyak energi saya. Kakek Sim, di tengah upaya mencapai mimpinya, tetaplah seorang suami dan ayah. Yang selalu menjadi "pemain belakang" untuk ketiga anaknya bahkan saat mereka masing-masing telah dewasa. 

"Lemparkan bola sebisamu, ayah akan tetap menjaga di belakangmu" 

Perjalanan Kakek Sim bertambah berat, karena ia mengetahui bahwa ia mengalami gejala alzheimer, sebuah penyakit yang merenggut semua hal indah yang telah coba kita jaga dalam ingatan. Dan kenyataan itu membuat semua orang di sekitarnya menyadari bahwa balet mampu membantunya melewati hari demi hari yang semakin sulit. 

Kakek Zim melawan banyak hal di hari tuanya, tanpa perlu menjadi menjengkelkan atau membebani semua orang. Termasuk alzheimer. Ia mencatat semua hal yang ia lalui tiap hari, bukan hanya tentang hal besar, ia mencatat menu makan malam yang ia santap, ia mencatat orang-orang yang ia temui, mencatat aktivitasnya. Untuk ia ingat, untuk ia kenang kembali. 

Kakek Sim dalam perjalanannya meraih mimpinya menjadi ballerino dan terbang seperti kupu-kupu dalam Navillera, juga menjadi kesempatan yang tidak disadari oleh orang-orang di sekitarnya untuk berubah, menghargai hidup mereka, dan menjadi lebih berarti. Anak-anaknya, cucunya, dan untuk Chae Rok, sahabatnya.

Drama ini awalnya terasa lucu, datar tanpa konflik. Tapi semakin lama, drama ini berhasil mengaduk-aduk banyak hal dalam pikiran dan hati saya. saya banyak bertanya, banyak berpikir dan menangis tentunya. Saya melihat bapak di diri Kakek Sim, saya bertanya-tanya, hal apa yang telah bapak tanggalkan demi kami anak-anaknya dan mungkinkah kami berkesempatan  membantunya meraih hal itu sekarang. Saya melihat bagaimana keluarga, anak, istri, atau suami terkadang menjadi alasan banyak orang untuk melupakan mimpi-mimpi masa mudanya. Dan kadang kita menyepelekannya. 

Kakek Sims, dengan badan yang renta dengan ingatan yang rapuh telah menaklukan panggung balet dan terbang seperti yang ia impikan. Kakek Sim beruntung kesempatan itu datang sebelum alzheimer merenggut ingatannya. Sayangnya, tidak semua orang diberi kesempatan emas seperti itu.

Dalam diam menikmati adegan-adegan dalam drama ini, saya berharap. Kelak, jika diberi kesempatan menikmati masa tua, saya ingin menjalaninya tanpa penyesalan. 

Nhytha Ibu Maha

Komentar

Postingan Populer