Sarasvati dan Kelegawaanku
Sebelum memulai, saya ingin menjelaskan kalau “kami” di postingan ini merujuk pada saya dan partner in crime saya selama di Jogja yang berinisial Sawing. Hahaha…..
Entah siapa yang
memperkenalkanku dengan Sarasvati, band asal Bandung yang digawangi Risa
Saraswati mantan vokalis Homogenic. Yang jelas peristiwa itu terjadi beberapa
tahun lalu di Jogjakarta dan sejak saat itu saya dan Sawing terus berdoa dan
beraharap kelak kami bisa menonton konsernya secara langsung. Namun sayang,
hingga akhirnya kami menyelesaikan studi dengan hasil yang lumayan memuaskan
untuk range IPK sampai 4,00, panggung
Sarasvati tak pernah menyapa kami. Suatu waktu sebenarnya ia pernah menyambangi
Jogja untuk tampil di launch sebuah
produk makanan kalau tak salah ingat tapi sayang saat itu informasinya lambat
sampai di telinga kami hingga akhirnya kesempatan emas itu berlalu begitu saja.
Meski tak pernah kesampaian
menyaksikan Sarasvati selama di Jogja, tapi saya punya cerita soal album
perdana milik band ini yang bertajuk Story of Peter. Album ini saat pertama
kali dirilis punya dua versi. Selain yang versi CD biasa, juga ada yang dikemas
dalam boxset. Selain CD, seingatku didalam boxset juga terdapat kartu tarot dan
poster. Nah, saya membeli yang versi boxset dan kemudian saya hadiahkan untuk
istri saya. Sebenarnya saya sempat urung dan mengganti dengan CD band lain
untuk hadiah ulang tahun istri saya saat itu karena album ini rada-rada horor.
Tapi karena tampakan yang menarik dan kualitas lagu-lagu di album ini menurutku
bakalan disukai oleh istri saya akhirnya saya sah membelinya di sebuah distro
CD minimalis andalan kami di Jogja yang saying kini sudah almarhum, Vox
namanya. Dan seperti tebakanku, istriku benar-benar menyenangi nomor-nomor yang
ada di album itu. Album Story of Peter pulalah yang membuatnya menjadi fans
garis keras Sarasvati.
Saat Risa mengeluarkan novel
pertamanya yang berjudul Danur, kami juga ikut dalam gegap gempita bersama banyak
orang yang antusias dengan kisah-kisah semi menakutkan yang sebelumnya sering
diceritakan Risa melalui akun twitternya. Sawing akhirnya berhasi membelinya
setelah sebelumnya sempat tak kebagian. Tapi yang paling antusias tetap istri
saya dan kemudian adik istri saya yang juga sangat jatuh hati dengan album
Story of Peter. Dan beberapa minggu lalu, untuk mengabsahkan dirinya sebagai
fans garis keras Sarasvati, adik ipar saya ini membeli album Mirror yang masih
tersisa beberapa biji di Kedai Buku Jenny sebelum balik ke Jogja. Harapannya,
setelah membeli album itu ia bisa menyaksikan Sarasvati mentas secara live di
Jogja.
Tapi sayang, sepertinya adik
ipar saya lupa memanjatkan doa-doa kepada Sanga Pemilik Waktu saat menambatkan
harapannya di pohon cita-citanya. Akhir minggu kemarin, ia meringis menahan
tangis setelah terperanjat cukup hebat saat ia melihat foto Risa di akun
instagram Kedai Buku Jenny yang sedang bercerita di salah satu sesi Makassar
International Writers Festival 2015 yang digelar minggu kemarin selama empat
hari. Untuk membuatnya lebih percaya beberapa menit kemudian saya mengupload
foto sekeluarga bersama teh Risa yang menurut Sawing kini agak lebih tambun
namun tetap manis tentunya. Yang membuat si adik ipar saya begitu sakit
meringis karena beberapa hari sebelumnya sebenarnya Sarasvati manggung di Jogja
dalam rangkaian turnya di beberapa kota tapi saat itu tiba-tiba ia jatuh sakit
dan akhirnya tak bisa menonton Sarasvati yang menurut cerita tampil memukau di
Jogja National Museum. Yah, namanya bukan jodoh mau diapain lagi. Sabarko hati
!
Saya selalu sangat antusias
jika band yang masuk dalam bucket list band atau musisi yang harus saya tonton
secara langsung akhirnya datang ke Makassar. Terakhir, saat Pure Saturday ke
Makassar beberapa bulan lalu. Wah, saat itu benar-benar total. Bahkan saya
menyambut kedatangan mereka dengan sebuah surat terbuka yang fenomenal itu. Tapi
saat Sarasvati kami ketahui dari jauh-jauh hari kalau ia akan bertandang dan
manggung di Makassar, yang begitu antusias justru istri saya dan saya sejak
awal sudah legawa dan siap-siap dengan segala macam pengorbanan.
Semua agenda terkait keinginan
kami menyaksikan Risa dan Sarasvati diatur langsung oleh istri saya. Mulai dari
sesi obrolan bersama Risa yang awalnya akan dilaksanakan di ruang studio Ve
Channel namun kemudian dipindahkan ke Benteng Rotterdam hingga penampilan
Sarasvati di Midnight Sale yang digelar sebuah merk clothingan besar bersama
salah satu distro terkemuka di kota ini di bilangan Jl. Boulevard Panakkukang. Dan
saya manut saja sambil terharu melihat kegigihan ibu beranak dua ini. Hehehe….
Begini pengaturan yang telah
kami sepakati dengan sadar. Untuk sesi obrolan di Ve Channel sejak awal ibunya
maha menyampaikan keinginan kuatnya untuk hadir. Dan skenarionya, karena
kebetulan selama MIWF kami menjadi tenant
alias ngelapak, jadi saya bersama dua pasukan kecil ke Rotterdam dan ibunya ke
Ve Channel. Saya oke kan. Tapi di hari H skenario berubah. Karena saya seperti
basa super lelet dan waktu yang semakin mepet dengan Jadwal sesi obrolan,
akhirnya saya memacu motor berburu dengan langit yang mulai menghitam bersama skuad
lengkap menuju Ve Channel. Kami tiba agak telat setengah jam dari jadwal sesi
obrolan yang tertera di rundown acara. Tapi kabar baiknya, sesi obrolan
dipindahkan ke Rotterdam dan jadwalnya diundur.
Sampai di Rotterdam, kami
disapa hujan. Setelah mengamankan lapakan dari serbuan hujan, kami segera
menuju venue sesi obrolan bersama Risa Saraswati. Ibunya maha langsung
mengambil posisi tempat duduk paling depan kedua. Gelagat kalau tanggungjawab
memperhatikan dua jagoan kecil kami sudah terlihat sejak awal. Dan saya kali
ini sekali lagi benar-benar legawa demi memuaskan keinginan ibunya maha untuk
lebih khusyuk mendengar cerita teh Risa.
Dan benar adanya. Setelah beberapa
menit the Risa bercerita, Suar mulai grasak grusuk minta ini itu sambil
menangis hebat. Dan pilihannya tentu segera membawanya ke bagian belakang.
Selain alasan itu, saya sengaja membawa an mengamankan maha dan Suar ke
belakang atau bahkan keluar dari venue karena sepertinya tokoh-tokoh yang
diceritakan teh Risa sudah berada bersamanya. Apalagi aura ruangan dan mendung
sore menjelang magrib sangat mendukung. Jadi hingga sesi obrolan berakhir, saya
membiarkan ibunya maha menikmati semua paket cerita dan nyanyi dari teh Risa
dan bersibuk ria melayani Suar yang keluar masuk ruangan sambil berlari-lari.
Uh…..
Setelah sesi obrolan selesai
dan ibunya maha tersenyum puas, kami menyempatkan diri berfoto bersama teh
Risa. Hmm….sah.
Tapi cerita belum selesai.
Esok hari kami harus datang ke
gig yang menghadirkan Sarasvati sebagai bintang tamu. Dan skenario hari
berikutnya ini lebih kompleks. Jadi setelah ikutan di MIWF, untuk dua hari
berikutnya kami juga terdaftar sebagai peserta pesta komunitas yag juga dihelat
di Benteng Rotterdam. Terkait itu, skenario untuk nonton Sarasvati agak ribet. Kami
harus ke Benteng dulu loading barang
terus mengikuti beberapa acara untuk anak-anak sebelum penutupan MIWF tepat di
depan Benteng Rotterdam dan setelah itu kabur ke Boulevard.
Tapi sekali lagi selalu ada
skenario B. Kami urung dan memutuskan batal ikutan di Pesta Komunitas karena
kami tak kebagian tenda dan sepertinya kondisinya tak begitu cocok dengan kedua
jagoan kecil yang harus kami bawa serta karena pengunjung yang membludak tumpah
ruah. Kami akhirnya fokus di kegiatan yang dihelat MIWF untuk anak-anak di area
kapal yang akan menjadi perpustakaan yang terletak tak jauh dari venue pesta
komunitas. Setelah magrib dan menyaksikan soundcheck Melismatis yang malam itu
akan tampil di acara penutupan MIWF, saya sekeluarga dan K’ Agus beserta
keluarganya memutuskan untuk beranjak dari situ bersama mobil Om Sawing. Saya
dan keluarga diantar ke rumah keluarga yang terletak tak terlalu jauh dari
venue gig Sarasvati dan K’ Agus diantar pulang ke rumahnya yang letaknya sangat
jauh dari venue gig. Hahahaha………..
Tabasco sudah turun dari
panggung saat kami memutuskan berangkat sendiri ke venue gig karena Om Sawing
terjebak macet. Untung saja ada kolega yang berbaik hati mau mengantar kami ke
gig saat sedang menunggu bentor.
Sampai di venue, Om Leo cs
dari Speed Instinct sedang beraksi di panggung. Kami masih dapat beberapa lagu
dari album pertama yang beberapa bulan lalu barusan dirilis. Dan saat mereka
selesai, kami sekeluarga langsung menuju barisan paling depan untuk menyaksikan
aksi Sarasvati. Tapi tak lama panitia gig meminta kami menonton dari samping
panggung. Alasannya karena gig ini disponsori sebuh produk rokok dan mereka
cukup ketat dengan kehadiran anak-anak di acara yang mereka sponsori.
Kami akhirnya menonton
Sarasvati dari samping panggung. Dan saat Risa muncul dan memulai lagu pertama,
saya lagi-lagi mesti legawa membiarkan ibunya maha merangsek ke belakang
soundman untuk lebih jelas melihat penampilan Sarasvati dan membagi konsentrasi
untuk menonton sambil memperhatikan dua jagoan kecil saya khususnya Suar yang
selalu bertingkah aneh. Sepanjang penampilan Sarasvati, saya mesti mengantar
Suar kencing, mengindahkan kemauannya duduk diatas motor yang terparkir,
membenarkan sepatu yang selalu ia lepas, mengejarnya yang terus berlari dan
banyak lagi tingkah Suar yang lain. Dan Ibunya maha kuliaht begitu khusyuk
menonton idolanya itu. Hahahaha…..
Saya baru benar-benar memperhatikan
Sarasvati saat Story of peter dilantunkan yang sekaligus menutup gig yang
sepertinya lebih cepat dari gig-gig serupa beberapa tahun kemarin.
Meski tak bisa sekhusyuk
ibunya maha menonton tapi senang sekali bisa membuatnya bahagia kali ini. Dan
saya tentu tetap berbahagia karena sekali lagi bisa mencoret Sarasvati di
bucket list saya.
Bahagia Itu Sederhana.
Kedai Buku Jenny, 8 Juni 2015
Komentar
Posting Komentar