34 tahun untukmu, 7 tahun untuk kita
Beberapa waktu lalu, seorang teman bertanya padaku secara tiba-tiba “Kak,kapan pertama kali K Bobi pegang tanganta’?” Pertanyaan gampang yang harusnya bisa saya jawab dengan cepat, tapi ternyata tidak. Saya tersenyum,tertawa lalu menerawang mengulangi pertanyaan itu pada komrad yang saat itu sedang entah melakukan apa. Komrad yang focus pada aktivitasnya, tidak terlalu menggubrisku dan aku seketika bingung. Perbincangan itu berujung tawa karena aku sama sekali tidak punya jawabannya.
Tapi pertanyaan itu tidak betul-betul berakhir, bahkan hingga
setelah beberapa minggu ia termuntahkan. Dan hingga kini, sekitar 4 kali
putaran jam dan kami akan bertemu selebrasi 7 tahun kami,aku betul-betul tidak
ingat kapan kali pertama komrad memegang tanganku. Di zamanku, berpegangan
tangan adalah hal yang biasa bagi beberapa orang dan juga bagiku. Hubungan
pertemananku dengan banyak orang yang lebih banyak lelaki, membuatku berpikir
berpegangan tangan adalah hal yang lumrah dilakukan. Hampir membuatku tidak
merasa “dagdigdugser”.
Lalu, urusan berpegangan tangan dengan komrad, aku betul-betul
lupa kapan ia mulai menggenggam tanganku dan membuatku merasakan sesuatu dari
genggaman tangannya. Mungkin karena ia memulainya dengan genggaman tangan
perlindungan, yang saat itu saya percaya betul adalah genggaman tangan
seorang sahabat, saya percaya. Orang lain bisa berpikir itu motif, tapi saat
itu saya ingat betul komrad menggenggam tanganku di banyak malam yang kami
lalui dengan jalan kaki sepanjang kampus dan pintu dua unhas, untuk
melindungiku.entah dari apa, mungkin dari dirinya sendiri.
Aku mulai sadar genggamana itu punya arti yang lain, saat
perjalanan yang kami lalui di hampir tiap malam ditahun pertama dan keduaku di
Unhas tidak lagi hanya dibumbui cerita yang kami lalui masing-masing sejak
pagi. Genggaman itu mulai punya aliran rasa saat malam malam mulai diwarnai
percikan-percikan amarah, rasa cemburu, dan rasa keinginan untuk saling
memiliki yang tidak mampu kami utarakan dengan jelas. Ya, tiba-tiba kami
saling memegang tangan saat berjalan, jika kami berdua sedang bercerita tentang
mimpi, tentang masa depan masing-masing yang saat itu belum kami tautkan,
namun genggaman itu seketika terlepas dan kami bahkan berjalan berjauhan
saat kami saling melempa ramarah dan bertahan dalam ego untuk tidak saling
memulai pembicaraan.
Mungkin bagi hubungan seperti kami yang dimulai dengan nama
persahabatan, hal yang tersulit adalah melangkah dari hubungan itu. Kami bahkan
tidak berani saling menyatakan cinta karena masing-masing kami takut untuk
saling melepaskan. Persahabatan selalu terbungkus rapi dan tak berkesudahan, maka
kami memilih untuk menjalaninya tanpa mengganti status hubungan kami. Sialnya,
kami seolah tidak punya posisi yang kuat bahkan untuk teman-teman di sekitar
kami. Komrad masih sering dicomblangi dengan perempuan lain, begitu juga denganku
yang masih sering dapat perhatian manis dari banyak teman lelakiku.Yang selalu
melegakan, kami berdua saling menjaga diri dan hati kami, tidak kami utarakan,
namun selalu mampu kami pahami masing-masing.
Jadi, jangankan genggaman pertama, kami masing-masing tidak
pernah tahu, kapan kami jadian. Pernah satukali, kami sama-sama menyepakati
satu tanggal jika nanti ditanya tentang itu,namun aku tidak ingat lagi. Yang
paling jelas dalam ingatanku, adalah satu sore di akhir tahun 2005 yang
sayangnya juga kulupa tanggalnya, komrad menanyakan padaku
“komrad, mau jaki jadi istriku?”
Dan anggukanku membulatkan langkah kami. Sejak itu, mimpi-mimpi
kami tautkan dan kami rancang dengan kata “kami” bukan lagi “ku” dan “mu”. Kami
bersepakat untuk saling mempelajari dan saling melengkapi. Lalu dua tahun
berikutnya mengantar kami pada hari jadian yang disaksikan dan di-Amin-i keluarga,
sahabat, teman dan handai taulan, kami menepati janji kami kemudian berjanji
kembali untuk tidak lelah merawat cinta yang kami miliki, untuk saling menjaga
hati, untuk tidak berhenti belajar menjadi manusia yang lebih baik, dan
kami utarakan pada Sang Maha pemilik cinta diatas altar suci pernikahan.
Disinilah kali pertama komrad memegang tanganku dengan haru,
mencium keningku dan memasangkan cincin dijariku, dan menyebutku istrinya. 5
Maret 2008, 2 hari setelah ia merayakan ulang tahun ke 27. Itu, berarti
pertambahan usia komrad adalah pertambahan usia bagi hubungan kami. Usia
benar hanyalah angka, namun kita tidak akan menginjak usia itu tanpa melewati
banyak hal yang mengantar kita pada angka-angka tersebut.
Tahun ini, komrad berusia 34tahun. Apa yang telah ia dapatkan?
Dari pandanganku sebagai sahabatnya sejak lebih dari satu dekade, di
tahun-tahun ini komrad mencapai hal-hal besar dalam hidupnya. Komrad tidak
berhenti belajar untuk menjadi suami dan bapak yang super untuk kami. Itu
adalah capaian terbesarnya menurutku, selebihnya adalah langkah-langkah
sederhana yang pun ia syukuri. Ia menolak menjadi tua dengan selalu memupuk
semangat muda. Ia tidak pernah kehilangan ide-ide brilliant yang menggunung
untuk dia taklukkan satu persatu. Ia bangga dengan prestasi-prestasi kecilnya,
membuat poster, menghapal chord gitar, membuat wall art, membuat bangku,
membuat tempat sampah dari kayu-kayu bekas, menjadi pemain dalam film pendek,
menonton konser, mengumpulkan set list konser, segala remeh temeh yang membuatnya
selalu tampak muda di mataku. Ia benci akan hidup yang dipenuhi keruwetan dan
keluhan. Dan hal-hal kecil itu, membuatnya besar di mataku, membuatku jatuh
cinta padanya lebih dan lebih.
Dan cinta itu, tahun ini memasuki tahun ke 7. Apa yang kami
dapatkan? Bisa dibilang tak terhingga. Kami mendapatkan banyak elemen-elemen
yang membuat kami selalu bersyukur dan berbahagia. Kami bisa memenuhi kebutuhan
hidup dengan seadanya. Kekurangan pasti ada, namun tak terlalu lama kami
risaukan. Kami punya tempat berlindung yang menghangatkan saat langit
menghujan, menyejukkan saat matahari menggigit. Kami punya dua lelaki kecil
yang tidak henti menyibukkan dan kerap melelahkan hari kami. Kami punya banyak
teman dengan ragam masalah hidup yang pada mereka kami belajar akan hidup yang
berwarna, kami tidak memiliki segalanya namun kami mensyukuri apa yang kami
dapatkan, kami pun tidak berhenti bergerak demi meraih capaian-capaian
sederhana yang selalu membahagiakan…
Dan akhirnya pada Sang MahaCinta, Kaulah mula yang tak berujung
yang memberikan anugerah waktu dan kesempatan pada komrad, memberikan waktu
pada kami untuk menemui angka-demi angka yang terus menua, syukurku semoga tak
henti kuwujudkan dalam ucap dan laku. PadaMu Sang Maha Perkasa, kumohonkan
kesehatan untuk komrad, untukku, untuk anak-anakku agar dengan lapang menikmati
dunia, aku memohon perlindunganMu atas segala keburukan dari diri kami sendiri
untuk tidak kami tularkan pada orang yang mencintai kami, aku berharap segala
yang telah Kau anugerahkan akan kami gunakan dalam kebaikan dan keberkahan
untuk diri dan kehidupan orang lain di sekitar kami, untuk terus belajar, terus
bermanfaat,dan terus berbagi.
Selamat 34 tahun komradku, terimakasih atas segala yang kamu
lakukan dan tidak kamu lakukan atas nama kita….
Terimakasih untuk 7 tahun yang menakjubkan, mari menjadi ibu dan
bapak maha suar yang saling merawat cinta hinggawaktu berujung….
Kita adalah cinta yang bergairah, maka jangan pernah lelah atas
kita!!!
#selalubahagiasaataprildimulai
1 April 2015
Komentar
Posting Komentar