Sehari Bersama maha…

Sejak balik dari Jogja 2 minggu lalu untuk menghadiri acara wisudaku, maha selalu tak mau berpisah jauh denganku. Ini tentu tak biasa mengingat sejak bayi maha terus bersama Ibunya, apalagi pada dua tahun belakang ini saat saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Saat balik dari Jogja, awalnya saya tidak akan ikut ke Bone karena keesokan harinya sudah harus mengajar. Tapi karena maha juga berkeras mau tinggal jika saya tidak ke Bone, dan jika itu terjadi berarti Aira, sepupunya, juga memilih dan berkeras tidak mau balik ke Bone dan untuk ini tentu tidak mungkin karena Ibunya harus kerja, akhirnya saya mengalah dan ikut ke Bone dan keesokan harinya harus kembali lagi ke makassar.
Skenario tidak berjalan sebagaimana rencana awal. Saya balik ke Makassar dua hari kemudian. Dan masalahnya karena saya berangkat dengan mobil angkutan di jam saat maha masih tidur siang. Walhasil, sepeninggalku maha menangis sekencang-kencangnya setelah sebelumnya cukup lama ia mendekap bantalnya sambil meneteskan air mata namun tak bersuara, begitu cerita Ibunya. Tapi karena Ibunya berjanji saya akan pulang beberapa hari lagi, akhirnya maha dapat ditenangkan.
Kemarin saat saya mau balik ke Makassar, maha kembali berkeras ingin ikut bersamaku ke Makassar, tanpa Ibunya. Meski sempat berubah pikiran dan memaksa Ibunya ikut bersama sambil mengeluarkan jurus air mata andalannya, akhirnya ia berteguh hati ikut bersamaku ke makassar. Ibunya berjanji akan menyusul karena ia harus rapat bersama para tentor di English Home. Saya sebenarnya tak sendiri bersama maha, karena Ibu dan adikku yang datang beberapa hari lalu untuk berbelanja kain di Sengkang untuk nikahan adikku awal Desember nanti juga ikut ke Makassar dan tadi pagi sudah terbang menuju Kendari.
Perjalanan bersama maha dengan kendaraan darat dan menempuh jarak yang jauh bukan kali pertama ini kami lakukan. Yang terakhir dan tentu tak akan terlupakan adalah perjalanan pergi pulang kami menuju Jogja via Surabaya yang kami tempuh bahkan hingga sepuluh jam. Dan yang paling meletihkan dari perjalanan-perjalanan itu karena maha terus berada di gendonganku dari awal kami berangkat hingga sampai di tujuan. Tak terbayangkan sakitnya tanganku. Dan karena itu, tak tahu berapa gaya dan model gendong yang terus kuubah untuk mencari posisi yang paling nyaman. Dan semalam, selama kurang lebih empat jam kembali kumerasakan hal yang sama. Tapi kali ini bedanya saya tidak bersama Ibunya maha. Meski Ibu dan adikku ikut serta tapi entah kenapa saya tiba-tiba merasa benar-benar menjadi bapak dan karenanya saya berbangga…hahahaha….
Pagi ini, maha terbangun dan tanpa Ibunya di sisi. Dan permintaannya pertama kali adalah ke mall. Saya mengiyakan tapi kalau mall belum buka kita ke kampus bapak dulu, begitu aturan yang kami sepakati pagi tadi. Maha tampil necis seperti biasa, saya memasukkan mainan dan alat menggambarnya, sekedar berjaga-jaga jangan sampai dia bosan saat berada di kampus.
Kami berangkat pukul 8 pagi. Itu berarti saya sudah telat masuk mengajar. Karena jadwal masuknya jam 8 teng. Kami melewati mall yang tak begitu jauh dari rumah dan seperti yang diketahui semua orang dewasa dan yang akan beranjak dewasa kalau jam segitu mall belum buka. Kuarahkan telunjukku ke mall yang kami lewati dan memberi tahu ke maha kalo mall belum buka dan berarti kita harus ke kampus dulu sesuai kesepakatan kami. Maha mengiyakan tanpa rengekan atau rajukan, tumben tak seperti biasa. Kami berdua melaju diatas motor matic hitam kreditan melewati jalur-jalur macet sepanjang jembatan tello. Dan sepanjang jalan hingga akhirnya kami tiba di kampus yang berada di bilangan Jl. Racing Centre, maha tak pernah berhenti berceloteh. Dia komplain kenapa saya selalu banyak tanya kalo jalan bersamanya khususnya kalo lagi bermotor. Jawabku sederhana, supaya maha tidak mengantuk.dan ia tertawa mengiyakan. Di tengah macet kujelaskan kalo beginilah wajah kota yang ia sebut “Makassa” ini. Macet dan macet dimana-mana.
Tiba di kampus, maha langsung kuajak menuju kelas di lantai 2. Maha mengikuti malu-malu dari belakang. Kelas yang sudah terisi oleh mahasiswaku dan beberapa mahasiswa dari kelas lain lalu menyambut maha dengan sambutan khas orang dewasa terhadap anak kecil yang imut..hahaha…selanjutnya kelas kumulai seperti biasa sambil menyapa mahasiswa yang lebih telat dariku.
Di awal kumulai kuliah, karena khawatir maha bakalan tidak bisa diajak bekerjasama, maka kukeluarkan semua bekal yang bisa membuatnya “sibuk.” Robot superman dan buku gambar beserta crayon langsung kuberikan ke maha yang memilih berada di lantai berkarpet di bawah meja dosen. Dan hingga akhir kuliah maha semakin lama semakin jauh berada dibawah meja dalam arti yang sebenarnya. Sesekali saat saya menjelaskan, terdengar suara yang sepertinya berasal dari kepala maha yang terantuk oleh meja. Beberapa kali itu terdengar hingga kusimpulkan kalau itu cara-cara usang a la maha untu mencari perhatian….hahaha…pokoknya hingga akhir kuliah, maha ternyata sangat bisa diajak kerjasama. Tak sekalipun dia mengeluarkan gelagat-gelagat minta pulang atau sejenisnya. Anakku ini benar-benar sudah besar…
Sesuai kesepakatan awal, setelah dari kampus target kami berikutnya adalah mall. Dan yang paling dekat dari kampus di Racing itu tentu Mall Panakkukang. Tak terlalu lama untuk sampai di mall itu dan memarkir motor di parkiran belakang yang belum juga ramai oleh kendaraan bermotor seperti biasanya kalau saya dan keluarga ke mall. Dan sepertinya hari ini lah saya ke mall seumur hidup yang paling pagi. Bayangkan kami di mall pada pukul setengah 11 hendak siang. Tapi apa boleh buat demi kesepakatan dan komitmen bersama semuanya dijabanin.
Target dan tujuan kami ke mall sejak awal sudah jelas, untuk main. Tapi saya selalu haqqul yakin kalau maha selalu punya agenda terselipdan saya sudah siap-siap.awalnya kami langsung akan menuju arena permainan sepeda-sepedaan lalu kemudian berubah. Agenda pertama adalah mandi bola. Untuk permainan ini, kami sebenarnya selalu menghindarinya karena maha selalu tak pernah lama di arena itu tapi tak apalah. Setelah merogoh kocek 20 puluh ribuan untuk jasa permainan sampai puas, maha kubiarkan bermain sendiri tak seperti biasanya. Bahkan saat ia naik tangga yg lumayan tinggi. Meski begitu mataku tetap awasa. Saat maha bermain, saya memilih duduk di tempat para orang tua yang menunggui anaknya yang bermain. Dan di arena pertama ini kumulai menulis postingan ini. Dan seperti prediksiku, maha tak lama disini dan kami bergerak menuju arena permainan berikutnya setelah berhasil menggagalkan keinginannya membeli balon angry bird yang sudah pernah ia beli entah berapa kali. Alasannya karena Ibunya lupa membawa balon angry bird yang ia beli di Jogja jadi dia harus beli lagi. What a reason! Hahahaha….
Selanjutnya, kami ke arena sepeda-sepedaan. Di arena ini juga belum banyak anak-anak yang antri menunggu giliran. Secara, ini masih pagi. Maha mulai beraksi sambil sesekali mendekatiku untuk menyeruput teh poci yang kubelikan untuknya sebelum ke arena ini. Disini kulanjutkan postingan ini, tapi tak berapa lama maha sudah menghabiskan jatah bermainnya selama 15 menit. Benar-benar tak terasa, tak seperti biasanya. Dari tempat ini maha mulai menyisipkan agenda diluar kesepakatan. Ia berkeras minta dibelikan baju dan balon. Demi stabilitas, kuiyakan permintaannya sembari memikirkan akal agar tak membeli balon.
Karena maha terus merengek dibelikan baju, maka agenda berikutnya adalah ke gerai kaos tempat biasanya kami membelikan maha kaos kalo lagi di mall. Awalnya maha ngotot mau dibelikan kaos bergambar transformer karena sempat dilihatnya di salah satu gerai beberapa menit sebelumnya. Tapi karena tak ketemu, akhirnya ia kembali ke selera asal, angry bird. Untuk desain ini tentu tak sulit untuk menemukannya. Bahkan maha yang memilih sendiri.tapi saya kurang sreg dengan urusan harga….hahaha…sebagai sabloner saya selalu merasa bisa membuatkan kaos untuk maha dengan harga yg lebih murah dan lebih berselera ketimbang yang ada di mall itu. Dengan berbagai taktik, maka jadilah kami berdua mengutuki kaos yang mahal-mahal itu…hahaha…dan akhirnya bersepakat untuk pulang, namun agenda beli baju tetap akan dilaksanakan. Saya berhasil mengingatkan maha tempat beberapa kali ia membeli kaos superhero dengan kualitas kain yang baik dan sablonannya pun plastisol. Dan maha berhasil mengingat tempat itu dan segera ia menyetujui usulku.
Jarak dari mall ke tempat beli kaos alternatif kami lumayan jauh. Tapi dari rumah, tempat ini cukup dekat. Tempat belanja ini tidak indie, bahkan sangat mainstream. Tapi karena cabangnya begitu banyak sehingga sepertinya jarang yang berkunjung ke tempat itu apalagi di stand pakaian anak. Dan kaos-kaos yang sering kami beli sepertinya stok lama yang sudah didiskon hingga 50%..hahaha…sampai di sini kami langsung memilih, dan pilihannya lagi-lagi ke kaos superhero dan kali ini kaos bergambar Captain America dan Thor. Maha belum puas ia minta dibelikan dua, dan akhirnya ia memilih sendiri, Angry Bird. Dan saya luluh. Di tangga turun, dengan senyum sumringah maha berujar “papa jangan mi beli balon di’ karena besar mi maha.” Saya mengiyakan dan semakin yakin kalau jagoanku ini benar-benar sudah besar.”
Saat postingan ini kupaksa untuk menuntaskannya, maha sudah terlelap pulas. Tadi sore ia kuajak menjambangi teman-teman Kedai Buku Jenny yang lagi buka lapakan di Pelataran Kopma Unhas dan bertemu beberapa teman lama yang masih wara-wiri di kampus. Dan maha tentu sangat letih. Hmm, tiba-tiba jadi ingat saat masa-masa bersama Ibunya maha dulu waktu masih di kampus. Ia seringkali kuajak bertemu teman-teman sambil berdiksusi dan melihat banyak hal. Dan karenanya kami belajar.
Semoga maha terus belajar. Belajar tentang kebersamaan dan kesederhanaan!

Teruslah berlari kecilku, sesekali jatuh tak apa. Meringislah lalu bangkit untuk berlari lagi!

Oh iya, hari ini maha tak pernah nagis kecuali sesaat sebelum terlelap tadi. Ia marah karena saya tak membelikannya baju tidur baru. Agenda yang tak tertuang di MoU kami berdua. Tapi ia selalu begitu kalau sudah letih. Hahahah….

Bapakmaha
6Nov2012

Komentar

Postingan Populer