Teruslah Menjadi, Komrad!

Saya akan memulai ini dengan
permohonan maaf karena tak menyiapkan sesuatu untuk hari ini. Meski sebenarnya
jauh-jauh hari banyak ide yang berseliweran di kepala untuk dijadikan sesuatu
hari ini. Terakhir kemarin pagi sebelum mengantar Suar ke sekolah, saya bersama
dua anak itu sempat berembug perkara hadiah apa yang akan kami suguhkan hari
ini. Tapi kami kesulitan menemukan apa yang sederhana namun istimewa meski
tentu Suar dan maha tetap mengajukan ide-ide liar. Sekali lagi, maafkan.
Tapi anggaplah bait-bait ini
sebagai sesuatu itu.
Jika saya ingat-ingat, tahun
ini menjadi salah satu masa tersibuk bagi komrad. Tak lama setelah kesibukan
sebuah festival literasi, kabar baik menghampiri kami. Komrad positif
mengandung adiknya Suar. Jujur saya belum siap setelah setahun yang lalu ibunya
maha keguguran. Tapi mau tidak mau kami harus bersiap dan tentu mensyukurinya.
Bulan-bulan awal masa kehamilan komrad benar-benar menguras tenaga. Khususnya
komrad. Ia sampai harus opname di sebuah klinik karena maag yang kambuh akibat
perubahan hormonal dan membuatnya hanya bisa menikmati kamar dengan energy yang
terbatas.
Sumpah saya tak tega dan
mengejengkalkennaya karena saya dan apalagi maha dan Suar tak bisa berbuat
apa-apa. Satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah berusaha berkompromi dengan
banyak hal yang biasanya tak akan sempurna tanpa komrad disana. Meski demikian,
saya tahu benar jika komrad tak senang dengan situasi super pasif seperti
masa-masa itu. Sesekali ia mengutuki dirinya yang tak produktif karena hanya
terbaring di ranjang. Bahkan untuk ber “me
time” dengan menonton drama Korea sambil rebahan pun tak bisa ia lakukan.
Setelah triwulan pertama
berlalu, perlahan-lahan kondisi komrad mulai stabil. Namun kesibukan baru
menunggu. Kuliah. Iya, setelah sekian lama bercita-cita akhirnya komrad
kesampaian melanjutkan studi S2. Jadi ceritanya sebuah skema beasiswa yang
berasal dari program global untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
mencari lima perempuan yang aktif di komunitas untuk melanjutkan studi master
di bidang jender dan pembangunan. Dan kabar baik itu datang. Ibunya maha lulus.
Dan masa-masa sibuk sebagai
mahasiswa menjadi pemandangan baru bagi kami di rumah hari-hari ini. Meski
sebenarnya kami sudah kadung terbiasa dengan ibu Nhytha yang aktif mengurus ini
itu bersama banyak orang dan komunitas. Namun pemandangan komrad begadang untuk
mengerjakan tugas, berkejaran dengan jam kuliah yang mepet dengan agenda di
rumah menjadi hal yang baru khususnya bagi maha dan Suar. Tapi entah kenapa
saya bangga sekali saat pertama kali mengantar komrad kembali sekolah di Kampus
Merah itu. Bangga karena akhirnya ia bisa menegaskan jika sekolah memang
penting untuk ia yang memilih menjadi Ibu rumah tangga tak biasa.
Namun ditengah semua kesibukan
ini itu yang terpenting karena kami tetap menjadi priorotas. Bagaimanapun
caranya. Komrad tetap mengurusi dan memperhatikan kami. Saya, maha dan Suar.
Tiga laki-laki yang sejak pagi masih belia hingga malam menuju pekat membuat
komrad terus memproduksi vokal di range-range
tak biasa. Perkaranya kadang sepele tapi memang membuat senewen. Mulai dari
handuk yang tak kami letakkan di tempat seharusnya setelah dipakai, mainan yang
berserakan dimana-mana setelah hasrat membongkar telah terpuaskan, jadwal makan
yang tak diindahkan, hingga motor yang entah kapan terakhir kali bertemu kain
kanebo.
Terima kasih Ibu Nhytha.
Terima Kasih komradku.
Selamat 35 dan Teruslah Menjadi,
Komrad!
Maasyaa Allah selamat melanjutkan study nhyta ku syg... kuatki, sehatki dan sukseski selalu...
BalasHapus