minimarket dan aku
#tulisan ini kubuat untuk diikutkan dalam lomba menulis yang diadakan Indomaret, tapi tidak sempat diikutkan. terlalu ribet.....#
Apa yang menarik dari sebuah minimarket waralaba di kota
kecil. Ada dua hal, promo dan pelayanan. Dua hal itu seringkali dinegasikan
oleh minimarket lokal. Watampone, kabupaten Bone. sebuah ibu kota kabupaten di
daerah Sulawesi Selatan yang ditempuh sekitar 4-5 jam dari Makassar, ibu kota
propinsi Sulawesi Selatan. Sebagai ibukota kabupaten, Watampone bisa dibilang
kota yang maju. Jika standarnya pembangunan, kota ini sejak lima tahun terakhir
memperlihatkan pembangunan yang cukup pesat, hal ini berbanding lurus dengan
kegiatan ekonomi, pembangunan ini hampir 50% adalah pusat pertokoan dan pusat
belanja. Jika standarnya, pendidikan, kota Watampone mulai dilirik sebagai
salah satu wadah investasi pendidikan tinggi dengan berjamurnya Sekolah Tinggi.
Di sinilah saya berada, lahir dan besar di kota ini.
Belum cukup satu tahun, seingat saya, ada fenemena yang
cukup menarik perhatian jika berbicara tentang pembangunan. Dalam kurun waktu
tidak sampai enam bulan, saya mendapati belasan minimarket modern yang berdiri
di kota ini. Salah satunya Indomaret. Walau Indomaret muncul agak telat
dibanding dua merek minimarket lainnnya tapi tetap saja fenemona berjamurnya
pusat-pusat perbelanjaan ini sangat menghawatirkan, apalagi untuk minimarket lokal
yang lebih dahulu dikenal orang-orang setempat. Keberadaan minimarket modern
ini, jujur cukup menarik perhatian masyarakat termasuk saya. Mulai dari
fasilitas ruangan berAC, jenis barang yang dijajakan, dan promo harga untuk
barang-barang tertentu.
Indomaret menjadi pilihan pasarku setalah beberapa lama
sering wara-wiri memilih tempat yang paling nyaman. Nyaman, untuk ibu rumah
tangga sepertiku berarti murah dan lengkap. Tapi, jujur tidak bisa menemukan minimarket
yang semua barangnya memiliki harga di bawah minimarket lainnya. Kenapa Indomaret?
Selain karena jaraknya yang cukup dekat dengan rumah, juga karena setiap bulan,
Indomaret menjanjikan harga promo untuk susu yang dikonsumsi anakku. Dan itu
menjadi pertimbangan utama, apalagi sering sekali potongannya mencapai 10ribuan.
Aku tentunya sangat cermat menyeleksi hal itu, apalagi budget susu menjadi
budget yang paling mahal untuk pengeluaran bulananku. Berbicara tentang
potongan, pernah sekali dengan uang cekak di akhir bulan, aku lewat dan sangat
rajin mengintip promo potongan yang biasanya terpampang di luar toko. Susu
anakku mendapatkan potongan hingga 10 ribu hingga hari itu. Akhirnya, aku
memutuskan singgah, belanja susu karena menurut perhitunganku aku akan lebih
hemat, dan berhubung tenggat waktunya sisa hari itu, aku bergegas. Aku
mengambil dua kotak susu lalu menyetornya dikasir. Tidak seperti biasa, saat
memberitahu harga pasti kasir juga akan memberi tahu potingannya. Entah, karena
aku kurang konsentrasi, langsung saja aku membayar. Struk keluar dan kulihat
lagi.
“lho,kok potongannya Cuma 4.000? di situ tertulis harga
sekian(lupa)” tanyaku. Kasir yang mencoba menjawab pertanyaanku, terpotong oleh
suara seorang laki-laki yang menjelaskan bahwa potongan samapi 10.000an itu,
hanya jika belanja 40.000 produk lain.
Kuintip tulisan di bawahnya, aku manggut-manggut. Apesnya
lagi, aku memang belanja produk lain, dan seingatku hanya kurang 4.000 untuk
cukup 40.000, aku pulang dengan masam. Tapi tetap saja, setelah itu, aku tetap
belanja di sana.
Kejadianku di atas, jujur kusalahkan pada kasir yang
biasanya akan memberitahu
“mba..belanjanya tidak ditambah lagi? kalau 40.000, dapat
potongan segini…, “ seperti produk-produk lainnya yang awal kemunculannya
sering diprmosikan
“mba,,tidak beli dua saja beli dua dapat anu..lho? atau mba…tidak
ditambah ini, dapat itu lho?”
Ada juga yang menarik dari minimarket seperti Indomeret,
kartu belanja yang efektif dan efisien. Kartu itu selain membedakan kelas
minimarket, juga menjadi alat yang cukup memudahkan pembayaran. Tidak
direpotkan dengan recehan, dan pembelanjaanpun hingga saldo akhir. Dan yang
terpenting, promo kartu ini memberikan potongan harga untuk banyak barang.
Selalu saja tentang harga.
Namun, dibalik harga-harga tersebut,dibalik modernisasi yang
disajikan lewat pelayana minimarket Indomaret, ada hal yang sangat lucu yang
sampai sekarang masih sering kujadikan bahan olokan. Minimarket sekelas
Indomaret, setauku, tidak hanya menjual barang, tapi juga menomor satukan
pelayanan. Dan untuk hal yang kedua itu, sering dihilangkan oleh minimarket
lokal. Wajah yang masam, judes, saya yakin tidak akan kita temukan di
supermarket seperti Indomaret. Namun, sehubungan dengan pelayanannya, ada hal
yang menurutku sangat mengganggu. Saat buka pintu, biasanya ada orang yang akan
menyambut dan berkata
“Selamat datang di Indomaret selamat belanja”. Jujur
kaliamat itu bersifat menghargai dan merajakan kami para pembeli. Namun, itu
justru mengganggu, karena kalimat itu dilontarkan dari belakang kasir dan
seringkali dengan nada berteriak. Yang paling lucu, jika membuaka pintu dan
kasirnya kebetulan sendiri dan sedang melayani pembeli yang sedang membayar, ia
masih berteriak dengan lantang. Akhirnya, kalimat itu terkesan dipaksakan.
Saya sama sekali tidak menyalahkan si tukang teriak ini,
tapi menurut saya tidaklah layak, menyambut orang dengan bersibuk ria dengan
urusan sendiri. Sangatlah bijak, jika kalimat itu diucapkan dengan menatap mata
konsumen dan sambil tersenyum padanya. Tentunya lebih menyejukkan, menyambutnya
tanpa melihat bahkan sibuk dengan pekerjaan,menghitung uang kembalian misalnya,
justru membuat kesan yang aneh.
Secara pribadi, saya tidak merasa terhina. Tapi, lucu saja.
Buktinya saya tetap datang dan berbelanja di sana. namun, menurut saya,alangkah
baiknya training untuk hal-hal remeh temeh namun besar pengaruhnya tersebut
harus dilakukan,mengingat pelayanan seperti itulah yang selama ini tidak kami
dapatkan di minimarket lokal. Toh menjual dan membeli bukanlah sekedar tentang
harga dan angka.
#ah tulisan ini…….
Ibunhytha
4 Oktober 2012
Komentar
Posting Komentar